Senin, 14 November 2011

Makna Lambang




Makna Lembaga Adat Bujangga Manik

1. Segi lima adalah Pancasila yang merupakan Dasar dari Lembaga, dan adalah untuk mengingat bentuk dari ratusan Linggam di gunung Padang yang berbentuk segi lima, warna garisnya adalah emas karena diharapkan bisa memikat banyak manusia untuk mau tertarik dan mengenal Lembaga ini

2. Warna latar merah adalah simbol dari pergolakan manusia dalam kehidupan

3. Warna biru yang menjadi warna dari simbol laut adalah Ilmu dan Pengetahuan, gejolak ombaknya adalah aplikasinya

4. Empat puncak gunung adalah sedulur papat, Lembaga menjadi kuat ketika empat komponen Darat, Laut, dan Udara serta Inteligen mendukung Lembaga

5. Perahunya adalah Parahu Nuh, melambangkan wadah, yang aman dan kokoh. Bentuknya seperti Piramida terbalik, maksudnya didalam Lembaga, pemimpin yang melayani secara, bukan sebaliknya. Warnanya yang biru tua melambangkan tingkat Keilmuan dan Pemahaman yang tinggi sehingga berada dibawah ombak, maksudnya tidak lagi terombang ambing oleh situasi dan kondisi yang terjadi, baik kondisi yang menyamankan maupun kondisi buruk

6. Sisi perahu yang berwarna coklat adalah yang menjadi anggota yang mesti diwaspadai, tetapi bisa diambil manfaatnya sebagai tempat munculnya kesuburan, sifatnya seperti tanah

7. Sisi berwarna hijau adalah anggota yang menerima Lembaga dengan penuh kesadaran, adalah simbol harapan dari Lembaga untuk terciptanya kesuburan, Gemah Ripah Loh Jinawi, sifatnya seperti tumbuhan

8. Ikat kepala atau "saceudeung kaen" berwarna putih mengisyaratkan penerimaan akan warna-warna yang Bhinneka Tunggal Ika, karena putih bukan warna. Penggunaan ikat kepala menandakan kesiapan untuk mengikat segala nafsu badani dan rohani dengan mengikat kuat-kuat otak sebagai sumber kemampuan berpikir yang dengannya muncul ucap dan tindak. Penggunaan ikat kepala diharapkan juga mengingatkan anggota Lembaga pada Jendral Sudirman dan Pangeran Diponegoro sebagai pejuang dan pahlawan yang lahir di tanah Nusantara dan untuk mengingatkan pada sang Bujangga Manik yang dalam Perjalanannya menggunakan saeceudeung kaen ini.

9. Lingkaran berwarna emas adalah DIA YANG MAHA KUASA lah yang menggerakan semua, adalah yang awal dan yang ahir, adalah simbol harapan bahwa pada akhirnya emas Nusantara bisa kembali memakmurkan dunia ini, bentuknya yang seperti lubang menandakan posisinya sebagai Yoni.

Minggu, 13 November 2011

Arti Kata SUNDA


A. Arti SUNDA dalam Bahasa Sansakerta sebagai induk bahasa-bahasa Austronesia:

(1) SUNDA dari akar kata “SUN” artinya bercahaya, terang benderang;
(2) SUNDA adalah nama lain dari Dewa Wisnu sebagai pemelihara alam;
(3) SUNDA adalah nama Daitya, yaitu satria bertenaga besar dalam cerita Ni Sunda dan Upa Sunda;
(4) SUNDA adalah satria wanara yang terampil dalam kisah Ramayana;
(5) SUNDA dari kata cuddha artinya yang bermakna putih beresih;
(6) SUNDA adalah nama gunung dahulu di sebelah utara kota Bandung sekarang

B. Arti SUNDA dalan Bahasa Kawi:

(1) SUNDA berati “air”, daerah yang banyak air;
(2) SUNDA berarti “tumpukan” bermakna subur;
(3) SUNDA berarti “pangkat” bermakna kedudukan yang tinggi;
(4) SUNDA berarti ”waspada” bermakna hati-hati.

C. Dalam Bahasa Jawa:

(1) SUNDA berarti “tersusun “ maknanya tertib;
(2) SUNDA berarti “bersatu” ( dua menjadi satu) maknanya hidup rukun;
(3) SUNDA berarti “angka dua” (cangdrasangkala), bermakna seimbang;
(4) SUNDA, dari kata “unda” atau “naik”, bermakna kualitas hidupnya selalu naik;
(5) SUNDA berasal dari kata “unda” yang berarti terbang, melambung, maknanya disini adalah semakin melambung.

D. Arti kata “SUNDA” dalam Basa Sunda

(1) SUNDA, dari kata “saunda”, berarti lumbung, bermakna subur makmur;
(2) SUNDA, dari kata “sonda”, berarti bagus;
(3) SUNDA, dari kata “sonda”, berarti unggul;
(4) SUNDA, dari kata “sonda”, berarti senang;
(5) SUNDA, dari kata “sonda” berarti bahagia;
(6) SUNDA, dari kata “sonda”, berarti sesuai dengan keinginan hati;
(7) SUNDA, dari kata “sundara”, berarti lelaki yang tampan;
(8) SUNDA, dari kata “sundari”, berarti wanita yang cantik;
(9) SUNDA, dari kata “sundara” nama Dewa Kamajaya: penuh rasa cinta kasih;
(10) SUNDA berarti indah.

(dikutip dari berbagai sumber)

Hadis Berkenaan dengan Imam Mahdi


Inilah sebagian hadis-hadis tentang imam Mahdi (pemimpin yang lurus, ratu adil) sebagaimana diriwayatkan dari Rasulullah Muhammad saw:
  1. Dari Said bin Jubair dari ibn Abbas, ia berkata: Rasulullah saw bersabda: Sesungguhnya para khalifahku dan wasiku serta hujjah-hujjah Allah atas makhluk setelahku adalah dua belas orang, yang pertama dari mereka adalah saudaraku dan yang terakhir dari mereka adalah purtaku. Kemudian di tanyakan: wahai Rasulullah siapakah saudaramu itu? Rasul bersabda: Ali bin Abi Tholib. Ditanyakan: dan siapakah putramu itu? beliau bersabda: dia adalah Mahdi yang akan memenuhinya (memenuhi bumi) dengan keadilan sebagaimana bumi telah telah dipenuhi dengan kezaliman, sumpah demi Zat yang mengutusku kepada manusia dengan kebenaran, seandainya dunia ini tidak tersisa kecuali satu hari maka Allah pasti akan memanjangkan hari itu sampai munculnya putraku Mahdi as, maka akan turun ruh Allah Isa bin Maryam dan akan sholat dibelakangnya, maka bumi akan bersinar dengan cahayanya, dan akan sampai kerajaannya di barat dan di timur.
  1. Hudzaifah berkata: Rasulullah saw bersabda: Mahdi adalah putraku yang wajahnya seperti bintang kejora.
  1. Juga dari Hudzaifah ia berkata: Rasulullah saw bersabda: Mahdi adalah putraku yang wajahnya seperti bintang kejora, warana kulitnya seperti warna kulit orang Arab, dan badannya seperti badan orang Israel yang akan memenuhi bumi dengan keadilan sebagaimana telah dipenuhi oleh kezaliman, penduduk langit akan rela atas kepemimpinannya, dan begitu juga burung di angkasa, di mana beliau akan memerintah selama dua puluh tahun.
  1. Dari imam Muhammad Bagir bin Ali Zainala Abidin dari ayahnya dari Amiril mu’minin Ali bin Abi Thalib as bersabda: Rasul saw bersabda: Mahdi adalah putraku, dia akan hilang dari pandangan mata, dunia akan dilanda kebingungan yang dapat menyesatkan manusia, dia akan datang sebagai simpanan atau “sejata andalan” dari para nabi, maka dia akan memenuhi bumi dengan keadilan sebagaimana telah dipenuhi dengan kezaliman dan kesesatan.
  1. Diriwayatkan dari al-Kanduzi al-Hanafi dari Abi Basir dari imam Ja’far Shodiq dari ayahnya dari Amirail mu’minin Ali bin Abi Thalib as bersabda: Rasulullah saw bersabda: Mahdi dari anak cucuku namanya sama dengan namaku, kunyahnya sama dengan kunyahku, dan dialah orang yang paling mirip dengan diriku dari segi penciptaan dan budi-pekerti, dia akan hilang dari pandangan mata (gaib), ummat akan dilanda kebingungan sehingga sesatlah mereka dari agama mereka, maka ketika itu dia akan datang bersinar laksana bintang kejora yang terang benderang, dan akan memenuhi bumi dengan keadilan sebagaimana telah dipenuhinya dengan kesesatan dan kezaliman.
  1. Diriwayatkan dari al-Majlisi dari dari Syeh Mufid dari Abi Ayyub al Ansori berkata: Rasulullah saw bersabda kepada Sayyidah fatimah as (saat beliau terbaring sakit): aku bersumpah demi Dzat yang jiwaku berada di tanganNya sesungguhnya ummatku pasti akan memiliki Mahdi (penyelamat akhir zaman), dan dia akan muncul darimu.
  1. Dari Makhul dari imam Ali bin Abi Thalib as bersabda: aku berkata wahai rasulullah! Apaka Mahdi termasuk dari kita (keluarga Muhammad saw) atau selain dari keluarga kita? Maka Rasulullah saw bersabda: tidak, Mahdi adalah termasuk dari keluarga kita, Allah SWT akan mengakhiri agamanya melalui perantara kita sebagaimana Allah telah membukanya melalui perantara kita, dengan kita mereka terselamatkan dari fitnah atau cobaan sebagaimana mereka juga telah terbebas dari belengu kemusrikan berkat kita, dengan kitalah hati-hati manusia menjadi lunak setelah dialanda kerasnya permusuhan, dengan kitalah manusia yang dulunya bersengketa menjadi saling kasih dalam ikatan persaudaraan.
  1. Rasulullah saw dalam pidatonya di hari Gadir dan di depan 120 ribu umat islam bersabda: “wahai manusia: cahaya itu bersumber dari Allah SWT, yang kemudian berjalan di dalam diriku, kemudian di Ali, kemudian di anak cucuku dan berakhir di al-Qaim Mahdi as


Misi

Misi Lembaga Adat Bujangga Manik
  1. Memelihara dan memantapkan jiwa persatuan dan kesatuan, menanamkan nilai-nilai luhur para pendahulu Negara kepada setiap anggota Lembaga Adat Bujangga Manik sesuai petuah dalam Wangsit Siliwangi
  2. Memelihara dan meningkatkan kemampuan setiap anggota Lembaga Adat Bujangga Manik dalam rangka meningkatkan kemampuan deteksi dan cegah dini terhadap setiap gejolak kerawanan dan ancaman yang mungkin timbul, baik yang bersifat internal maupun eksternal, sehingga tidak berkembang menjadi ancaman nyata dengan menyelenggarakan pendidikan, latihan, dan penataran secara bertahap dan berlanjut
  3. Memelihara dan meningkatkan kemampuan anggota agar dapat membantu pelaksanaan tugas Pemerintah dan TNI dalam rangka menyiapkan ruang, alat dan kondisi juang bagi kepentingan pertahanan wilayah Jawa Barat dan Banten pada khususnya dan seluruh Indonesia pada umumnya apabila diperlukan, serta menumbuhkan kepekaan dan daya tanggap terhadap dinamika lingkungan, situasi dan gejolak sosial di wilayah Jawa Barat dan Banten pada khususnya dan seluruh wilayah Nusantara pada umumnya
  4. Meningkatkan kemampuan perorangan dalam satuan Badan Pelaksana agar dapat berkomunikasi dan berinteraksi dengan masyarakat dalam upaya mensosialisasikan fungsi dan peran Lembaga Adat Bujangga Manik, memotivasi terwujudnya kemandirian masyarakat, memperkokoh kemanunggalan Lembaga Adat Bujangga Manik dengan rakyat, dan turut berperan aktif dalam mencegah terjadinya disintegrasi bangsa di seluruh wilayah Indonesia, dan seluruh bangsa-bangsa di Dunia.
  5. Meningkatkan kualitas lembaga pendidikan dan latihan di Lembaga Adat Bujangga Manik
  6. Menyiapkan Badan Pelaksana untuk membantu TNI dan Kepolisian dalam pemulihan dan memelihara stabilitas keamanan dalam negeri di wilayah Jawa Barat dan Banten pada khususnya dan seluruh Indonesia pada umumnya serta seluruh Dunia apabila diperlukan
  7. Menyiapkan anggota-anggota untuk siap menjadi Badan Pelaksana dalam melaksanakan tugas-tugas bantuan kemanusiaan di wilayah Jawa barat dan Banten dan seluruh wilayah Indonesia, serta seluruh Dunia apabila diperlukan

Visi

Visi Lembaga Adat Bujangga Manik
  1. Memiliki sifat yang solid dalam interaksi keseharian antara sesama anggota sehingga ada rasa senasib dan sepenanggungan dalam perjuangan dan adanya rasa persaudaraan sebagai ikatan jiwa yang kuat
  2. Memiliki profesionalisme dalam melaksanakan tugas sehingga setiap anggota terampil dan mampu baik dalam penguasaan taktik maupun teknik dalam hal ideologi, politik, ekonomi, sosial, budaya, pertahanan dan keamanan yang senantiasa berlandaskan kepada jati diri Lembaga yaitu sebagai bagian dari rakyat dan bagian dari Negara serta bagian dari Dunia 
  3. Memiliki ketangguhan dan sikap sinatria yang diaplikasikan dalam kehidupannya baik dalam melaksanakan tugas ataupun dalam bermasyarakat yaitu berbudi luhur, adil, menghargai sesama, membela yang lemah (gumati ka nu leutik), tidak arogan, pantang menyerah, dan selalu ikhlas dalam melaksanakan tugas serta senantiasa siap membela Negara dan bangsa Indonesia pada khususnya dan Negara dan bangsa di seluruh Dunia pada umumnya
  4. Memiliki wawasan kebangsaan dan keduniaan yang luas dan tidak berorientasi kepada SARA dan memiliki sikap netral dengan mengedepankan kehormatan anggota yaitu menjaga kehormatan suku Sunda, Negara, dan Bangsa sebagai wujud dari pengabdian dan bhakti yang mulia serta berani mempersembahkan jiwa dan raganya untuk kepentingan masyarakat Sunda, Bangsa dan Negara Indonesia, dan seluruh bangsa dan Negara  di Dunia.
  5. Menjadi suri tauladan di dalam masyarakat agar anggota dari Lembaga Adat Bujangga Manik senantiasa dapat dicintai rakyat, sesuai dengan Motto Lembaga Adat Bujangga Manik: “Silih Wangi, Silih Asah, Silih Asih, Silih Asuh”

Sabtu, 12 November 2011

Persatuan Dunia

  • PERSATUAN DUNIA

    Manusia dahulunya hanyalah satu umat, kemudian mereka berselisih (QS 10:19)

    Dan kalau Allah menghendaki niscaya Allah menjadikan mereka satu umat
    (saja), tetapi Dia memasukkan orang-orang yang dikehendaki-Nya ke
    dalam rahmat-Nya. Dan orang-orang yang zalim tidak ada bagi mereka
    seorang pelindungpun dan tidak pula seorang penolong (QS: 42:8)


    Dan mereka heran karena mereka kedatangan seorang pemberi peringatan
    dari kalangan mereka; dan orang-orang kafir berkata: "Ini adalah
    seorang ahli sihir yang banyak berdusta", "Mengapa ia menjadikan
    tuhan-tuhan itu Tuhan Yang Satu saja? Sesungguhnya ini benar-benar
    suatu hal yang sangat mengherankan." (QS: 38:4-5)

    (disebut ahli sihir, karena secara logika tidak dapat ditolak
    karena terbukti tetapi tetap tidak percaya dan menganggap bohong,
    demikianlah maksud dari ahli sihir, bukan tukang tenung seperti yang
    diduga banyak orang.)
    (pemberi peringatan adalah yang biasa disebut sbg Rasul, Putra
    Bapa di Surga, Al Masih, Al Mahdi, etc)

    Dan janganlah kamu berdebat dengan Ahli Kitab, melainkan dengan cara
    yang paling baik, kecuali dengan orang-orang zalim di antara mereka,
    dan katakanlah: "Kami telah beriman kepada (kitab-kitab) yang
    diturunkan kepada kami dan yang diturunkan kepadamu; Tuhan kami dan
    Tuhanmu adalah satu; dan kami hanya kepada-Nya berserah diri". (QS:
    29:46)

    (Ahli Kitab adalah mereka yang mempelajari Taurat, Injil, Al Quran, dan Kitab2 Suci lainnya di Dunia)

    Kerajaan yang benar pada hari itu adalah kepunyaan Tuhan Yang Maha
    Kasih. Dan adalah (hari itu), satu hari penuh kesukaran bagi
    orang-orang kafir. (QS: 25:26)

    ( orang kafir adalah yang tidak bahagia jiwanya)

    Sesungguhnya ini, adalah agama kamu semua, agama yang satu, dan Aku
    adalah Tuhanmu, maka bertakwalah kepada-Ku. (QS 23:52 dan QS 21:92)

    (agama adalah pedoman, pegangan, ageman, pakaian)

    Apakah mereka mengambil tuhan-tuhan selain Dia? Katakanlah:
    "Unjukkanlah dasar pendapatmu! Ini adalah peringatan bagi orang-orang
    yang bersamaku, dan peringatan bagi orang-orang yang sebelumku".
    Sebenarnya kebanyakan mereka tiada mengetahui yang benar, karena itu
    mereka berpaling. (QS 21:24)

    Dan Kami tidak mengutus seorang rasulpun sebelum kamu melainkan Kami
    wahyukan kepadanya: "Bahwasanya tidak ada Tuhan melainkan Aku (Yang
    Satu dengan berjuta Nama, yang sesungguhnya Tidak Bernama), maka sembahlah olehmu sekalian akan Aku".
    (QS 21:25)

    Dan kalau Allah menghendaki, niscaya Dia menjadikan kamu satu umat
    (saja), tetapi Allah menyesatkan siapa yang dikehendaki-Nya dan
    memberi petunjuk kepada siapa yang dikehendaki-Nya. Dan sesungguhnya
    kamu akan ditanya tentang apa yang telah kamu kerjakan. (QS 16:93)

    (yang disesatkan adalah yang terlepas dari persatuan dan
    kesatuan, merasa paling benar, menganggap golongan lain selain
    golongannya adalah musuh - tersesat)

    Manusia itu adalah umat yang satu. (setelah timbul perselisihan), maka
    Allah mengutus para nabi, sebagai pemberi peringatan, dan Allah
    menurunkan bersama mereka Kitab yang benar, untuk memberi keputusan di
    antara manusia tentang perkara yang mereka perselisihkan. Tidaklah
    berselisih tentang Kitab itu melainkan orang yang telah didatangkan
    kepada mereka Kitab, yaitu setelah datang kepada mereka
    keterangan-keterangan yang nyata, karena dengki antara mereka sendiri.
    Maka Allah memberi petunjuk orang-orang yang beriman kepada kebenaran
    tentang hal yang mereka perselisihkann itu dengan kehendak-Nya. Dan
    Allah selalu memberi petunjuk orang yang dikehendaki-Nya kepada jalan
    yang lurus. (QS 2:213)

    (Kitab adalah kitab Taurat, Injil, Al Quran, dan Kitab Suci lainnya - padahal
    esensi semua kitab adalah sama)

    Dan sesungguhnya Kami telah mendatangkan Kitab (Taurat) kepada Musa,
    dan Kami telah menyusulinya (berturut-turut) sesudah itu dengan
    rasul-rasul, dan telah Kami berikan bukti-bukti kebenaran kepada Isa
    putera Maryam dan Kami memperkuatnya dengan Ruh Kudus. Apakah setiap
    datang kepadamu seorang rasul membawa sesuatu (pelajaran) yang tidak
    sesuai dengan keinginanmu lalu kamu menyombong; maka beberapa orang
    (diantara mereka) kamu dustakan dan beberapa orang (yang lain) kamu
    bunuh? (QS 2:87)

    Demikianlah, mari Saudara-saudara Ku kita
    BERSATU dalam KASIH heavenly father dan SAYANG motherly earth.

    Salam, Damai, dan Sejahtera,

    Was salamu alaikum wa rahmahtullahi wa barakatu,

    Arya Yoga Swara

Kisah Nuh - 02

“Sama seperti terjadi pada zaman Nuh demikian pulalah halnya kelak pada hari Anak Manusia” (Keb 13:1-9; Luk 17:26-37)

“ Dan sama seperti terjadi pada zaman Nuh, demikian pulalah halnya kelak pada hari-hari Anak Manusia: mereka makan dan minum, mereka kawin dan dikawinkan, sampai kepada hari Nuh masuk ke dalam bahtera, lalu datanglah air bah dan membinasakan mereka semua. Demikian juga seperti yang terjadi di zaman Lot: mereka makan dan minum, mereka membeli dan menjual, mereka menanam dan membangun.

Tetapi pada hari Lot pergi keluar dari Sodom turunlah hujan api dan hujan belerang dari langit dan membinasakan mereka semua. Demikianlah halnya kelak pada hari, di mana Anak Manusia menyatakan diri-Nya. Barangsiapa pada hari itu sedang di peranginan di atas rumah dan barang-barangnya ada di dalam rumah, janganlah ia turun untuk mengambilnya, dan demikian juga orang yang sedang di ladang, janganlah ia kembali.

Ingatlah akan isteri Lot! Barangsiapa berusaha memelihara nyawanya, ia akan kehilangan nyawanya, dan barangsiapa kehilangan nyawanya, ia akan menyelamatkannya. Aku berkata kepadamu: Pada malam itu ada dua orang di atas satu tempat tidur, yang seorang akan dibawa dan yang lain akan ditinggalkan.

Ada dua orang perempuan bersama-sama menghilang, yang seorang akan dibawa dan yang lain akan ditinggalkan." [Kalau ada dua orang di ladang, yang seorang akan dibawa dan yang lain akan ditinggalkan.]

Kata mereka kepada Yesus: "Di mana, Tuhan?" Kata-Nya kepada mereka: "Di mana ada mayat, di situ berkerumun burung nasar.” 
(Luk 17:26-37)

Arya Yoga Swara:

Inilah peringatan dan penjelasan agar manusia-manusia di masa ini pada rentang tahun 2011 – 2020 segera mawas diri. Tinggalkan keburukan dan segera bertobat, karena hanya ada dua jenis manusia, yaitu yang berusaha memegang kebaikan yang universal dan yang tak kuasa menolak keburukan, dua jenis ini akan terpisahkan dalam perulangan jaman Nuh, yaitu masa ini. Yang selamat hanya yang masuk ke dalam bahtera keluhuran sehingga menjadi damai hatinya dan kelak akan beroleh kesejahteraan, sebagaimana John Lennon bersenandung:

Imagine there's no heaven
It's easy if you try
No hell below us
Above us only sky
Imagine all the people
Living for today...
Imagine there's no countries
It isn't hard to do
Nothing to kill or die for
And no religion too
Imagine all the people
Living life in peace...
You may say I'm a dreamer
But I'm not the only one
I hope someday you'll join us
And the world will be as one
Imagine no possessions
I wonder if you can
No need for greed or hunger
A brotherhood of man
Imagine all the people
Sharing all the world...
You may say I'm a dreamer
But I'm not the only one
I hope someday you'll join us
And the world will live as one

Rahayu /|\ Salawasna - Salamet, Damai, Sajahtra

Arya

Kisah Nuh - 01

Sesungguhnya Kami telah mengutus Nuh kepada kaumnya (dengan memerintahkan): "Berilah kaummu peringatan sebelum datang kepadanya azab yang pedih", Nuh berkata: "Hai kaumku, sesungguhnya aku adalah pemberi peringatan yang menjelaskan kepada kamu, sembahlah olehmu Allah, bertakwalah kepada-Nya dan taatlah kepadaku, niscaya Allah akan mengampuni sebagian dosa-dosamu dan menangguhkan kamu sampai kepada waktu yang ditentukan. Sesungguhnya ketetapan Allah apabila telah datang tidak dapat ditangguhkan, kalau kamu mengetahui". 

Nuh berkata: "Ya Tuhanku sesungguhnya aku telah menyeru kaumku malam dan siang, maka seruanku itu hanyalah menambah mereka lari (dari kebenaran). Dan sesungguhnya setiap kali aku menyeru mereka (kepada iman) agar Engkau mengampuni mereka, mereka memasukkan anak jari mereka ke dalam telinganya dan menutupkan bajunya (kemukanya) dan mereka tetap (mengingkari) dan menyombongkan diri dengan sangat. Kemudian sesungguhnya aku telah menyeru mereka (kepada iman) dengan cara terang-terangan kemudian sesungguhnya aku (menyeru) mereka (lagi) dengan terang-terangan dan dengan diam-diam. Maka aku katakan kepada mereka: 'Mohonlah ampun kepada Tuhanmu, -sesungguhnya Dia adalah Maha Pengampun-,

(QS Nuh Surat 71 ayat 1 - 10)

Wassalam,
Arya

Daftar Tamu Deklarasi

Pembukaan

Dokumen Deklarasi

Perjalanan Bujangga Manik

Perjalanan Bujangga Manik

Perjalanan Bujangga Manik merupakan salah satu peninggalan dari naskah berbahasa Sunda . Naskah ini ditulis pada daun nipah, dalam puisi naratif berupa lirik yang terdiri dari delapan suku kata, dan saat ini disimpan di Perpustakaan Bodley di Oxford sejak tahun 1627 (MS Jav. b. 3 (R), cf. Noorduyn 1968:469, Ricklefs/Voorhoeve 1977:181).

Naskah Bujangga Manik seluruhnya terdiri dari 29 daun nipah, yang masing-masing berisi sekitar 56 baris kalimat yang terdiri dari 8 suku kata.

Yang menjadi tokoh dalam naskah ini adalah Prabu Jaya Pakuan alias Bujangga Manik, seorang resi Hindu dari Kerajaan Sunda yang, walaupun merupakan seorang prabu pada keraton Pakuan Pajajaran (ibu kota kerajaan, yang bertempat di wilayah yang sekarang menjadi kota Bogor), lebih suka menjalani hidup sebagai seorang resi. Sebagai seorang resi, dia melakukan dua kali perjalanan dari Pakuan Pajajaran ke Jawa. Pada perjalanan kedua Bujangga Manik singgah di Bali untuk beberapa lama. Pada akhirnya Bujangga Manik bertapa di sekitar Gunung Patuha sampai akhir hayatnya.[1] Jelas sekali, dari ceritera dalam naskah tersebut, bahwa naskah Bujangga Manik berasal dari zaman sebelum Islam masuk ke Tatar Sunda. Naskah tersebut tidak mengandung satu pun kata-kata yang berasal dari bahasa Arab. Penyebutan Majapahit, Malaka dan Demak Demak memungkinkan kita untuk memperkirakan bahwa naskah ini ditulis dalam akhir tahun 1400-an atau awal tahun 1500-an.[2] Naskah ini sangat berharga karena menggambarkan topografi pulau Jawa pada sekitar abad ke-15. Lebih dari 450 nama tempat, gunung, dan sungai disebutkan di dalamnya. Sebagian besar dari nama-nama tempat tersebut masih digunakan atau dikenali sampai sekarang.

Diceritakan bahwa dia akan meninggalkan ibunya untuk pergi ke arah timur. Dia sangat teliti dalam menceritakan keberangkatannya. Dari kebiasaannya kita tahu bahwa dia mengenakan ikat kepala ("saceundung kaen").

Kemudian dia memulai perjalanan pertamanya yang dia lukiskan secara terperinci. Waktu Bujangga Manik mendaki daerah Puncak, dia menghabiskan waktu, seperti seorang pelancong zaman modern, dia duduk, mengpasi badannya dan menikmati pemandangan, khususnya Gunung Gede yang dia sebut sebagai titik tertinggi dari kota Pakuan (ibukota Kerajaan Sunda).

Dari Puncak dia melanjutkan perjalanan sampai menyeberangi Ci Pamali (sekarang lebih sering disebut Kali Brebes) untuk masuk ke daerah Jawa. Di daerah Jawa dia mengembara ke berbagai desa yang termasuk kerajaan Majapahit dan juga kerajaan Demak. Sesampai di Pamalang, Bujangga Manik merindukan ibunya dan memutuskan untuk pulang. Namun pada kesempatan ini, dia lebih suka untuk lewat laut dan menaiki kapal yang datang dari Malaka. Kesultanan Malaka mulai pertengahan abad ke-15 sampai ditaklukkan oleh Portugis menguasai perdagangan pada perairan ini.
Keberangkatan kapal dari pelabuhan dilukiskan seperti upacara pesta bedil ditembakkan, alat musik dimainkan, beberapa lagu dinyanyikan dengan keras oleh awak kapal; gambaran terperinci mengenai bahan yang digunakan untuk membuat kapal diceritakan: berbagai jenis bambu dan rotan, tiang dari kayu laka, juru mudi yang berasal dari India juga disebutkan; Bujangga Manik benar-benar terpesona karena awak kapal berasal dari berbagai tempat atau bangsa.

Perjalanan dari Pamalang ke Kalapa, pelabuhan Kerajaan Sunda, ditempuh dalam setengah bulan. yang memberi kesan bahwa kapal yang ditumpangi tersebut berhenti di berbagai tempat di antara Pamalang dan Kalapa. Dari perjalanan tersebut, Bujangga Manik membuat nama alias lainnya yaitu Ameng Layaran. Dari Kalapa, Bujangga Manik melewati Pabeyaan dan meneruskan perjalanan ke istana kerajaan di Pakuan, di bagian selatan kota Bogor sekarang bujangga Manik memasuki Pakancilan, terus masuk ke paviliun yang dihias cantik dan duduk di sana. Dia melihat ibunya sedang menenun. Ibunya terkejut dan bahagia melihat anaknya pulang kembali. Dia segera meninggalkan pekerjaannya dan memasuki rumah dengan melewati beberapa lapis tirai, dan naik ke tempat tidurnya.

Ibu Bujangga Manik menyiapkan sambutan buat anaknya, menghidangkan sebaki bahan untuk mengunyah sirih, menyisirkan rambutnya, dan mengenakan baju mahal. Dia kemudian turun dari kamar tidurnya, keluar dari rumah, pergi ke paviliun dan menyambut anaknya. Bujangga Manik menerima perlengkapan mengunyah sirih yang ditawarkan ibunya.

Pada bagian berikutnya, diceritakan mengenai putri Ajung Larang Sakean Kilat Bancana. Jompong Larang, pesuruh putri Ajung Larang meninggalkan istananya, menyeberangi Ci (Sungai) Pakancilan dan datang ke istana Bujangga Manik. Di istana tersebut dia bertemu seorang asing yang sedang mengunyah sirih yang ternyata adalah Bujangga Manik. Jompong Larang terpesona dengan ketampanan Bujangga Manik.

Sekembalinya ke istana majikannya, Jompong Larang menemui putri Ajung Larang yang kebetulan sedang sibuk menenun. Putri, yang mengenakan gaun serta di sampingnya ada kotak impor dariCina, melihat Jompong Larang yang terburu-buru, menaiki tangga dan kemudian duduk di sampingnya.
Putri menanyakan pesan apa yang dibawanya. Jompong Larang mengatakan bahwa dia melihat pria yang sangat tampan, sepadan bagi putri Ajung Larang. Dia menceritakan bahwa Ameng Layaran lebih tampan daripada Banyak Catra atau Silih Wangi, atau sepupu sang putri, atau siapapun itu. Lebih dari itu, pria itu pintar membuat sajak dalam daun lontar serta bisa berbahasa Jawa. Putri Ajung Larang langsung dihinggapi rasa cinta. Dia kemudian menghentikan pekerjaan menenunnya dan memasuki rumah. Di sana dia sibuk menyiapkan hadiah bagi pria muda tersebut, yang terdiri dari berbagai perlengkapan mengunyah sirih, menggunakan bahan-bahan yang indah, dengan sangat hati-hati. Putri juga menambahkan koleksi wangi-wangian yang sangat mahal: "seluruh wewangian tersebut berasal dari luar negeri", juga baju dan sebuah keris yang indah.

Ibu Bujangga Manik mendesak anaknya untuk menerima hadiah dari putri Ajung Larang kemudian menggambarkan kecantikan putri yang luar biasa serta pujian-pujian lainnya. Ibunya juga mengatakan bahwa putri berkeinginan untuk meyerahkan dirinya kepada Bujangga Manik serta mengucapkan kata-kata yang tidak pernah disampaikan putri Ajung Larang, "Saya akan menyerahkan diri saya. Saya akan menyambar seperti elang, menerkam seperti harimau, meminta diterima sebagai kekasih. Ameng Layaran terkejut mendengar ucapan-ucapan ibunya yang antusias dan menyebutnya sebagai kata-kata terlarang (carèk larangan) dan bertekad untuk menolak hadiah tersebut dengan kata-kata yang panjang juga. Dia meminta ibunya bersama Jompong Larang untuk mengembalikan hadiah tersebut kepada putri serta menghibur putri. Dia lebih suka untuk hidup sendiri dan menjaga ajaran yang dia terima selama perjalanannya ke Tanah Jawa, di pesantren di lereng Gunung Merbabu (yang dia sebut dalam naskah ini sebagai Gunung Damalung dan Pamrihan). Untuk itulah Bujangga Manik terpaksa harus meninggalkan ibunya.

Bujangga Manik mengambil tasnya yang berisi buku besar (apus ageung) dan siksaguru, juga tongkat rotan serta pecut. Dia kemudian mengatakan bahwa dia akan pergi lagi ke timur, ke ujung timur pulau Jawa untuk mencari tempat nanti dia dikuburkan, untuk mencari "laut untuk hanyut, suatu tempat untuk kematiannya, suatu tempat untuk merebahkan tubuhnya". Dengan kata-kata yang dramatis ini dia meninggalkan istana dan memulai pengembaraan panjangnya.
Dia meneruskan perjalanannya ke timur, menuliskan banyak sekali nama tempat yang sebagian masih digunakan sampai sekarang.[3]

(Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas)

Rujukan
- J. Noorduyn (alihbahasa oleh Iskandar Wassid). 1984. Perjalanan Bujangga Manik Menyusuri Tanah Jawa: data topografis dari sumber Sunda Kuno. KITLV & LIPI, Jakarta.
- J. Noorduyn & A. Teeuw. 2006. Three Old Sundanese Poems. Leiden: KITLV.

Catatan kaki
1. ^ Noorduyn, J. (2006). Three Old Sundanese poems. KITLV Press. hlm. 437.
2. ^ Noorduyn, J. (2006). Three Old Sundanese poems. KITLV Press. hlm. 438.
3. ^ Noorduyn J. 1982. BTL 138:413-442.